Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip 
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama 
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian 
dengan kepercayaan tersebut.
Agama adalah fenomena hidup manusia. Dorongan untuk bergama, penghayatan
 terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaanya dalam masyarakat bias 
berbeda-beda, namun pada hakekatnya sama, yaitu, bahwa semua agama 
merupakan jawaban terhadap kerinduan manusia yang paling dalam yang 
mengatasi semua manusia.
Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
agama memiliki fungsi yaitu : 
a.Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok. 
b.Pengatur tata cara hubungan antar manusia, dan antara manusia dengan Tuhannya.
Contohnya adanya sebuah perkumpulan remaja mesjid yang menyelenggarakan pengajian bulana. Kegiatan itu berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para remaja Islam di daerahnya.
Anda masih ingat pengertian lembaga sosial ? Yah, lembaga sosial pada dasarnya adalah sistem norma yang mengatur segala tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat. Lembaga sosial di masyarakat mempunyai beberapa fungsi berupa fungsi laten (fungsi yang tidak disadari manfaatnya) dan fungsi manifest (fungsi yang disadari manfaatnya).
Fungsi-fungsi lembaga tersebut terwujud dalam setiap macam lembaga yang ada di masyarakat. Adapun macam-macam lembaga sosial yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, antara lain lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga politik, lembaga ekonomi dan lembaga agama.
b.Pengatur tata cara hubungan antar manusia, dan antara manusia dengan Tuhannya.
Contohnya adanya sebuah perkumpulan remaja mesjid yang menyelenggarakan pengajian bulana. Kegiatan itu berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan para remaja Islam di daerahnya.
Anda masih ingat pengertian lembaga sosial ? Yah, lembaga sosial pada dasarnya adalah sistem norma yang mengatur segala tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat. Lembaga sosial di masyarakat mempunyai beberapa fungsi berupa fungsi laten (fungsi yang tidak disadari manfaatnya) dan fungsi manifest (fungsi yang disadari manfaatnya).
Fungsi-fungsi lembaga tersebut terwujud dalam setiap macam lembaga yang ada di masyarakat. Adapun macam-macam lembaga sosial yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, antara lain lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga politik, lembaga ekonomi dan lembaga agama.
Mengapa ada yang Takut pada Agama?
Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan 
sehari-hari. Mereka yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa 
mereka melakukan hal-hal tersebut? Kemungkinan besarnya adalah karena 
kebanyakan dari mereka sama sekali kehilangan petunjuk tentang tuntunan 
apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka dibutakan oleh minimnya 
informasi yang mereka dapatkan, atau mereka memang menutup diri dari 
segala hal yang berhubungan dengan Tuhan.
Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. 
Perbedaan tersebut menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang 
terlalu besar pada pemenuhan kebutuhan untuk bersenang-senang, sehingga 
mereka tidak mau mematuhi ajaran agama yang melarang mereka melakukan 
hal yang menurutnya menghalangi kesenangan mereka, dan mereka 
merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu dengan justifikasi 
sosial-intelektual. Mereka menganggap segi intelektual ataupun sosial 
memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya, mereka menutup indera
 penangkap informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan 
intelektualitas yang serba terbatas.
Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang mereka miliki 
begitu terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat 
supra-rasional tidak mereka akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam 
realitas yang serba empiri. Semua harus terukur dan terhitung. Walaupun 
mereka sampai sekarang masih belum memahami banyaknya fungsi alam yang 
bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan kerangka berpikir 
yang mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat ditangkap 
secara inderawi.
Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat 
dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan 
keseluruhannya secara utuh.
a.Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota 
masyarakatnya menganut agama yang sama. Sebab itu, keanggotaan mereka 
dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama 
menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya:
- Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem masyarakat secara mutlak.
 - Nilai agama sering meningkatkan konservatisme dan menghalangi perubahan dalam masyarakat dan agama menjadi fokus utama pengintegrasian dan persatuan masyarakat secra keseluruhan yang berasal dari keluarga yang belum berkembang.
 
b.Mayarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang
Masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi. Agama 
memberi arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap masyarakat, pada 
saat yang sama, lingkungan yang sakral dan yang sekular masih dapat 
dibedakan. Fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu. 
Di pihak lain, agama tidak memberikan dukungan sempurna terhadap 
aktivitas sehari-hari, agama hanya memberikan dukungan terhadap 
adat-istiadat.
Pendekatan rasional terhadap agama dengan penjelasan ilmiah biasanya 
akan mengacu dan berpedoman pada tingkah laku yang sifatnya ekonomis dan
 teknologis dan tentu akan kurang baik. Karena adlam tingkah laku, tentu
 unsur rasional akan lebih banyak, dan bila dikaitkan dengan agama yang 
melibatkan unsur-unsur pengetahuan di luar jangkauan manusia 
(transdental), seperangkat symbol dan keyakinan yang kuat, dan hal ini 
adalah keliru. Karena justru sebenarnya, tingkah laku agama yang 
sifatnya tidak rasional memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Agama melalui wahyu atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada 
manusia untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan 
akhirat. Dalam perjuangannya, tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan
 tersebut, perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka
 agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. 
Agama menjadi salah satu aspek kehiduapan semua kelompok sosial, 
merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, 
keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat 
keagamaan.
Adanya organisasi keagamaan, akan meningkatkan pembagian kerja dan 
spesifikasi fungsi,juga memberikan kesempatan untuk memuaskankebutuhan 
ekspresif dan adatif.
Pengalaman tokoh agama yang merupakan pengalaman kharismatik, akan 
melahirkan suatu bentuk perkumpulan keagamaan yang akan menjadi 
organisasi keagamaan terlembaga. Pengunduran diri atau kematian figure 
kharismatik akan melahirkan krisis kesinambungan. Analisis yang perlu 
adalah mencoba memasukkan struktur dan pengalaman agama, sebab 
pengalaman agama, apabila dibicarakan, akan terbatas pada orang yang 
mengalaminya. Hal yang penting untuk dipelajari adalah memahami “wahyu” 
atau kitab suci, sebab lembaga keagamaan itu sendiri merupakan refleksi 
dari pengalaman ajaran wahyunya. Lembaga keagamaan pada puncaknya berupa
 peribadatan, pola ide-ide dan keyakinan-keyakinan, dan tampil pula 
sebagai asosiasi atau organisasi. Misalnya pada kewajiban ibadah haji 
dan munculnya organisasi keagamaan.
Lembaga ibadah haji dimulai dari terlibatnya berbagai peristiwa. Ada 
nama-nama penting seperti Adam a.s, Ibrahim a.s, Siti Hajar, dan juga 
syetan; tempatnya adalah Masjidil-Haram, Mas’a, Arafah, Masy’ar, Mina, 
serta Ka’bah yang merupakan symbol penting; ada peristiwa kurban, 
pakaian ihram, tawaf, sa’I, dan sebagainya.
Organisasi keagamaan yang tumbuh secara khusus, bermula dari pengalaman 
agama tokoh kharismatik pendiri organisasi keagamaan yang terlembaga.
Muhammadiyah, sebuah organisasi sosial Islam yang dipelopori oleh Kiai 
Haji Ahmad Dahlan yang menyebarkan pemikiran Muhammad Abduh dari Tafsir 
Al-Manar. Ayat suci Al-Quran telah memberi inspirasi kepada Ahmad Dahlan
 untuk mendirikan Muhammadiyah. Salah satu mottonya adalah, Muhammadiyah
 diapandang sebagai “segolongan dari kaum” mengajak pada kebaikan dan 
mencegah perbuatan jahat (amar ma’ruf, nahi ’anil munkar)
Dari contoh sosial di atas, lembaga keagamaan berkembang sebagai pola 
ibadah, pola ide-ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk 
asosiasi atau organisasi. Pelembagaan agama puncaknya terjadi pada 
tingkat intelektual, tingkat pemujaan (ibadat), dan tingkat organisasi. 
Tampilnya organisasi agama adalah akibat adanya “perubahan batin” atau 
kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal 
alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama 
menuju ke pengkhususan fungsional. Pengaitan agama tersebut mengambil 
bentuk dalam berbagai corak organisasi keagamaan.
Referensi :
http://fabiolanurislamiyah.blogspot.com/2011/01/agama-dan-masyarakat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar